Jumat, 27 September 2013

Panah

Jemari ini mengukir lagi. Laksana kasihan yang membentur batas perasaan. Debu yang dihambur oleh tiupan nafas, dan sekali lagi mencoret coret langit Tuhan.

Wajah wanita berumur, meminta untuk ditemui. Tapi dasar, sok sibuk. Lagi-lagi, ini perasaan kangen..
tapi lain karna..
kangen yang ini tentang tangan yang kasar..
kangen yang ini tentang kaki yang penuh tanda..
kangen yang ini tentang wajah yang penuh tekanan..
kangen yang ini tentang kulitnya yang mulai keriput.. rambutnya yang mulai memutih..
kangen yang mencakar-cakar jantung dengan duri mawar yang tak berarti

Lalu kulanjutkan.. dan terus mengalir..
Andai dapat satu orang saja untuk mengerti..
bahkan aku tidak tau berada di pihak mana..
tidak tau tanganku harus lebih kuat untuk mencengkeram yang mana..

aku magnet yang menyebar kesegala arah..
Segalanya berada di sisi tapi aku justru ingin segalanya berpisah..

Biru adalah kebahagiaanku dan kalaupun itu putih.. aku biarkan ber arak mengikuti angin yang menyebarkan kebahagiaan,
tapi tidak ada yang melihatnya!
tidak ada yang dapat melihat angin!

Aku
Sebagai seorang pemikir sekaligus seorang pengeluh..

Aku
Sebagai seorang pemborong waktu sekaligus penggiling masa..
Aku tak tau sejak kapan..
dia mulai tua..

AKU
SEBAGAI PANAH YANG PATAH
tentu tak bisa menyatukan sesuatu yang seharusnya memang sudah berpisah..
tapi aku tetap aku dengan kebersamaanku, kebersamaan mereka, kebersamaan kami
YA!

0 komentar:

Posting Komentar