Kamis, 09 Oktober 2014

Gerhana Bul(k)an


Sumber foto: lipsus.kompas.com


Jejak-jejak meninggalkan mereka yang mulai berkutat dengan hari-hari sore
Aku ramah menyambut sesiapa yang datang, meski dalam keadaan hujan
Aku juga yang akan memasang lilin-lilin kecil agar suasana tercipta romantis dan menaruh kesan

Aku adil dengan semua yang aku minta pada takdir
Bukannya mauku, adalah mau-Nya juga?
Bukankah apabila aku ingin, Dia akan selalu mendengar?

Aku hampir tak punya protes pada waktu
Tapi karena menunggu adalah bagian terpenting dalam hidup, maka
Jengah jauh dari kamus hidupku

Aku lelah seharian berada di gedung megah dan hangat
Menyusuri tiap lorongnya lumayan menguras tenaga juga
Saat detik-detik telah meninggalkan
Aku selalu memasang harapan dan tersenyum.. untuk mereka yang siap menggantikan
Untuk mereka yang siaga dengan perbedaan

Meski aku menangis melihat cerminan diri
Akhirnya aku memasang mata dan tersenyum bahagia,
Karna kita kedatangan tamu yang sangat istimewa,
Para penebar kebahagiaan itu sendiri

Mendebarkan

Aku asli bukan sutradara dan pemilik kehidupan
Bukan pula yang menentukan naskah cerita
Melihat mereka seolah aku melihat kehidupan
Dan mereka menambah keyakinanku akan kuasa Tuhan Yang Maha Maha

Jejak-jejak yang kebingungan arah setelah lepas tangan
Akan menempuh perjalanan yang sesungguhnya
Bukan terpaku pada rutinitas yang memusingkan lagi
Jejak-jejak yang kebingungan akan menaruh tasnya dikursi-kursi kampus yang sejak lama ditinggalkan

Aku tidak punya apa-apa untuk ditinggalkan
Sedihku adalah jika aku tak mampu berguna
Bahagiaku adalah melihat kalian mempunyai barisan yang kuat dan menyala nyata

Aku tidak tahu akan melihat perpecahan atau justru nanti kalian akan dipersatukan
Bukan Tuhan namanya jika tak punya garis yang disembunyikan
Manusia seperti kita hanya sebatas menduga dan berprasangka
Sedang Tuhan akan menuruti apa yang menjadi prasangka kita

Aku nyala dan rembulan adalah keindahan
Aku suka warna khasnya gerhana dan syahdu malam yang menerkam
Aku lingkar hitam yang menyusur lalu pergi meninggalkan bekas bayangan
Aku ramai tapi sebenarnya sepi

Ini pesan yang aku ingin utarakan kepada kalian,

Beberapa hari ini mataku mengamati, daun telingaku menangkap suara dari bunyi yang terkecil hingga yang terkeras, aku mati-matian menyelinap dalam tawa-tawa kalian. Dan akhirnya mendapatkan kabar gembira bahwa, kalian yang menuruti jejak kepergian akan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga daripada emas, yaitu rasa “berharga” itu sendiri.
Jika dalam waktu dekat ini, aku tidak terlihat bermanfaat,
Maka aku ingatkan lagi perjalanan masa lalu. Ketika semua berkumpul dan menyebut namaku berkali-kali. Aku tidak suka. Benar-benar tidak suka. Banyak yang lebih pantas menyematkan namanya. Kalianlah yang memilih, aku hanya menuruti persangkaan kalian, dan apa yang paling kalian sering pikirkan tentang aku ini.

Jika boleh jujur, aku tidak pernah lelah, meski mata kalian menangkap kerutan dan garis tawa yang turun.

Amanah tidak pernah salah memilih pundak. Terserah mata memandang garis lebih lurus atau menuruti emosi dan dugaan yang tak memperbaiki maksud. Aku lebih suka diam dan canggung jika menyapa kebodohan, daripada berpura-pura suka, padahal saling memakan yang lain itu menyakitkan.

Setidaknya di dunia ini tersedia banyak pilihan. Aku tidak tahu kapan bulan memangsa malam lagi, hingga terjadi gerhana. Aku juga tidak tahu kapan bintang muncul dan tak bersembunyi terus seperti ini.

Biasanya ketakutanku adalah jelmaan dari apa yang akan terjadi dimasa depan. Maka jika aku tetap bertahan dengan ketakutan, aku mendapatkannya di masa depan. Jika aku tinggalkan ketakutan dan menguburnya dalam, aku mendapatkan keromantisan gerhana bulan.

Lain kali, ijinkan waktu membersamai kita dalam tawa kebahagiaan. Berada diatas angin, duduk bersila dan tertawa-tawa, kita merangkai kata seadanya, saling berhambur, saling memeluk. Mencipta kebahagiaan yang telah lama kita impikan, bertukar cerita tentang mimpi-mimpi. Menghadap langit dan melihat rembulan dimangsa malam. Lalu kita melakukan sholat sunnah bersama. Saling menatap dan mencium keheningan.

Aku akan berkata aku menyayangi segala hal yang menempatkanku pada aku di masa ini. Bukan di masa lalu, bukan di masa yang hendak datang.
Aku akan berkata aku menyayangi segala wajah yang kurindui, dan membersamai keheningan, hingga masaku menunggu,


Telah habis.


0 komentar:

Posting Komentar