Stars

Bintang adalah nama lain dari keindahan. Bagi siapa yang menguping pada angin yang berbisik takdir kepada sang langit, maka ia akan tahu rahasia besar bintang. Sebagai obat rindu.

Moon

Bulan adalah lambang kesetiaan. Sama seperti bintang ketika mengitari. Ia tak pernah ingkar janji dan akan selalu beredar. Sayang, kadang remang, kadang bersinar terang sekali. Kadang bulat utuh, kadang sabit sekali. Waktu adalah nyali keutuhan. Dimana dia berlindung, disana rahasia hati mengitari.

Rain

Hujan adalah rahasia besar. Tidak ada yang tahu kapan akan tiba dan kapan akan berhenti. Apakah datangya mengundang gemuruh langit atau hanya menyusuri lembut kulit. Tapi kesakitan hujan dapat membuat rindu menyeruak. Tak akan ada yang bisa menolongmu. Selain naungan tinggi dari Sang Maha.

Metamorfose

Kita adalah hasil dari metamorfose. Hanya kita yang tahu, siapa dan apa saja yang terlibat dalam proses pendewasaan diri kita masing-masing. Bagian dari Rahasia.

Ocean

Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam sana. Entah arus yang mematikan atau ikan-ikan menakjubkan yang tenang berenang.

Minggu, 08 Februari 2015

Mengingat Mati



Sederhana sekali jika ingin sejenak melupakan kelu. Berbicara takdir dan proses terjadinya. Hanya dengan mengingat skenario indah Tuhan, otak akan berhenti bekerja untuk memaparkan luka. Hanya dengan membayangkan betapa jauhnya kita dengan masa lalu, otak akan berhenti mengungkit-ungkit debu dalam hati.

“Kita ini adalah sekarang. Kita adalah akumulasi dari masa lalu. Masa lalu adalah sejarah tempat untuk belajar proses terjadinya sesuatu. Masa depan adalah alasan kenapa esok kita harus hidup”.


Senang bertemu dengan kalian, pembaca yang setia..

Dua puluh tahun meneguk napas kehidupan, dua puluh tahun telah banyak memakan rasa-rasa dunia. Saya lahir bukan karena tanpa alasan. Bukan juga hanya karena satu alasan.
Orang-orang dimasa lalu sering memanggil saya dengan sebutan bakpao, bakwan (pia-pia), dan sebagainya. Mereka gemas melihat pipi saya yang sejak lahir sudah kenyal-kenyal tembem ini.

Saya malu jika ada yang meminta kisah di masa lalu saya. Bukan hanya karena saya melukai banyak orang dengan perilaku saya yang buruk, akan tetapi juga karena saya tidak mampu menjaga diri saya dari perangai buruk saya sendiri. Berproses dari A sampai Z, bukan sekata dapat kita lalui dalam hitungan detik, akan tetapi sehuruf mendalami makna semusim, kemudian baru berganti huruf.

Hidup adalah musik. Indah sekali didengar. Alunannya menggetarkan dada meski tanpa lirik, seperti alunan lagu-lagu Yiruma. Buatlah musikmu seindah mungkin. Jangan berhenti di nada “do” paling rendah. Gunakan irama, jangan sampai tanpa makna. Buat yang mendengarkan kelak akan mengerti.

Saya dan keluarga yang keras kepala.

Dua puluh tahun hidup bersama, dan baru detik ini saya memahami mereka dengan begitu dalam.

Ayah. Maafkan anakmu ini. Ketika engkau sakit-sakitan, aku malah sering meninggalkanmu. Maafkan anakmu ini, tidak bisa tegas memprioritaskan keluarga. Kenapa engkau bohong dan tak mengatakan yang sejujurnya? Bukankan seburuk apapun kondisimu tetap anakmu yang bodoh ini harus tahu agar aku bisa memelukmu meski hanya dengan doa sederhana saja? Maaf untuk terlambat mengerti ternyata engkau begitu peduli. Ketika aku kesal dengan keputusan-keputusanmu yang kupikir egois aku selalu meluapkan kemarahan detik itu juga dengan mendiamkan. Lalu kalimat ajaibmu membunuhku dalam diam dan atmosfer menegangkan, “Kamu kenapa to marah terus sama Bapak? Mbok jangan gitu Bapak jadi sedih”. Luluh anakmu ini. Menjadi butiran debu yang mengikuti kemana angin membawa.

Ibu. Alasan keringatmu mengucur lebih banyak, adalah demi tidak mengecewakan banyak orang yang telah membantu kita. Egois sekali jika hanya berpikir alasanmu adalah aku. Bahkan aku sampai sekarang tidak mengerti engkau mendapat kekuatan dari mana bisa bertahan sampai detik ini. Ibu harus tahu, kalau ternyata Ayah juga sangat sangat sangat mencintaimu, Bu. Dia begitu keras kepala karena dia ingin melindungimu. Dia memang tak punya apa-apa, tapi dia selalu memikirkan kebaikanmu, kesehatanmu. Mungkin saja engkau kurang mengerti bagian ini, Bu. Tapi aku telah mempelajari skenario-Nya. Maafkan aku Bu, saat ini belum menghasilkan banyak uang untuk mengurangi beban yang harus kau tanggung.

Kakak. Tuhan mengirimkan malaikat yang begitu sempurna dalam keluarga kecil ini. Malaikat yang kuat dan selalu menjaga. Aku selalu berdoa kak, semoga engkau panjang umur dan sehat selalu. Semoga engkau lebih panjang umur daripada aku. Semoga engkau lebih sehat daripada aku. Terimakasih telah mau berbagi air mata ketika kita mengalami skenario yang membingungkan hati.
Mengingat mati adalah satu-satunya alasan agar kita bisa bersyukur masih diberi kesempatan menghirup udara pagi esok hari. Aku sadar aku semakin tua. Aku pun berproses. Detak jantung ini juga telah lama mengawani sejuta derap dan gelegar rasa.
Saat ini saya sendirian. Saya takut melupakan Allah ketika sedang sendirian. Maka dari itu saya menulis di sini.

Saya takut, tidak bisa menikah karena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa membangun rumah yang besar kerena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa menjadi penulis, impian terbesar saya, karena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa hidup lebih lama untuk impian-impian besar saya.

Kenapa orang-orang begitu sibuk, sehingga lupa mengingat mati?
Andaikan besok saya mati, siapa orang yang paling sedih dan terpukul? Apakah calon suami saya? Apakah teman-teman saya? Apakah dia? Atau dia? Atau jangan-jangan dia? Bagaimana dengan keluarga saya? Apa mereka akan baik-baik saja?
Banyak sekali yang saya takutkan akhir-akhir ini.

Di jalan raya.

Ketika lampu merah menyala saya berhenti dan memandangi orang-orang disekitar. Mereka nampak terburu-buru sekali. Mereka sangat percaya diri sekali. Mereka sama sekali tidak takut mati. Ada yang mendesal-desal mencari celah agar lebih cepat mengejar waktu. Ada yang berulang kali melihat jam tangan. Ada yang celingak-celinguk memperhatikan sekitar penuh rasa khawatir. Ada yang tidak sabaran menunggu lampu berganti dengan berkali-kali membunyikan klakson. Ada yang tidak relah membiarkan satu motor lewat menyeberang ketika lampu telah menyala hijau dengan berteriak kasar. Ada yang memanfaatkan kesempatan untuk menggoda orang lain yang penampilannya agak mencolok dibandingkan pengendara yang lain. Beraneka macam orang dengan satu kesimpulan, “mereka tidak takut mati”.

Saya hanya ingin coba mengatakan.. Seberapa jauh kita dengan impian-impian yang kita kejar, adalah seberapa jauh kita dengan Tuhan. Saya tidak mempermasalahkan saya di masa lalu. Saya tidak membesar-besarkan saya di masa depan. Jalani hari ini dengan menghitung syukur dengan jari-jari, lihat, tidak akan cukup jemari kita mewakili syukur itu.

Jangan pusingkan komentar mereka yang tidak mengerti masa lalu dan masa depan kita. Jangan ambil hati pengecil hati yang selalu nakal melukai perjalanan dengan cemooh rendahan khas pengecut. Kritikan adalah bahan untuk berbenah diri. Kita ini adalah apa yang paling kita inginkan untuk menjadi. Terlalu banyak mendengar pujian juga menyakitkan telinga. Terus tumbuh dengan hati yang selalu menerima syukur. Hidup adalah hadiah dari Tuhan dari tiap milidetiknya. Hargai, nikmati dan syukuri setiap harinya!