Sederhana sekali jika
ingin sejenak melupakan kelu. Berbicara takdir dan proses terjadinya. Hanya dengan
mengingat skenario indah Tuhan, otak akan berhenti bekerja untuk memaparkan
luka. Hanya dengan membayangkan betapa jauhnya kita dengan masa lalu, otak akan
berhenti mengungkit-ungkit debu dalam hati.
“Kita ini adalah
sekarang. Kita adalah akumulasi dari masa lalu. Masa lalu adalah sejarah tempat
untuk belajar proses terjadinya sesuatu. Masa depan adalah alasan kenapa esok
kita harus hidup”.
Senang bertemu dengan
kalian, pembaca yang setia..
Dua puluh tahun meneguk
napas kehidupan, dua puluh tahun telah banyak memakan rasa-rasa dunia. Saya lahir
bukan karena tanpa alasan. Bukan juga hanya karena satu alasan.
Orang-orang dimasa lalu
sering memanggil saya dengan sebutan bakpao, bakwan (pia-pia), dan sebagainya. Mereka gemas melihat pipi saya yang sejak lahir
sudah kenyal-kenyal tembem ini.
Saya malu jika ada yang
meminta kisah di masa lalu saya. Bukan hanya karena saya melukai banyak orang
dengan perilaku saya yang buruk, akan tetapi juga karena saya tidak mampu
menjaga diri saya dari perangai buruk saya sendiri. Berproses dari A sampai Z,
bukan sekata dapat kita lalui dalam hitungan detik, akan tetapi sehuruf mendalami
makna semusim, kemudian baru berganti huruf.
Hidup adalah musik. Indah
sekali didengar. Alunannya menggetarkan dada meski tanpa lirik, seperti alunan
lagu-lagu Yiruma. Buatlah musikmu seindah mungkin. Jangan berhenti di nada “do”
paling rendah. Gunakan irama, jangan sampai tanpa makna. Buat yang mendengarkan
kelak akan mengerti.
Saya dan keluarga yang
keras kepala.
Dua puluh tahun hidup
bersama, dan baru detik ini saya memahami mereka dengan begitu dalam.
Ayah. Maafkan anakmu
ini. Ketika engkau sakit-sakitan, aku malah sering meninggalkanmu. Maafkan anakmu
ini, tidak bisa tegas memprioritaskan keluarga. Kenapa engkau bohong dan tak
mengatakan yang sejujurnya? Bukankan seburuk apapun kondisimu tetap anakmu yang
bodoh ini harus tahu agar aku bisa memelukmu meski hanya dengan doa sederhana
saja? Maaf untuk terlambat mengerti ternyata engkau begitu peduli. Ketika aku
kesal dengan keputusan-keputusanmu yang kupikir egois aku selalu meluapkan
kemarahan detik itu juga dengan mendiamkan. Lalu kalimat ajaibmu membunuhku
dalam diam dan atmosfer menegangkan, “Kamu kenapa to marah terus sama Bapak? Mbok jangan gitu Bapak jadi sedih”. Luluh
anakmu ini. Menjadi butiran debu yang mengikuti kemana angin membawa.
Ibu. Alasan keringatmu
mengucur lebih banyak, adalah demi tidak mengecewakan banyak orang yang telah
membantu kita. Egois sekali jika hanya berpikir alasanmu adalah aku. Bahkan aku
sampai sekarang tidak mengerti engkau mendapat kekuatan dari mana bisa bertahan
sampai detik ini. Ibu harus tahu, kalau ternyata Ayah juga sangat sangat sangat
mencintaimu, Bu. Dia begitu keras kepala karena dia ingin melindungimu. Dia memang
tak punya apa-apa, tapi dia selalu memikirkan kebaikanmu, kesehatanmu. Mungkin saja
engkau kurang mengerti bagian ini, Bu. Tapi aku telah mempelajari skenario-Nya.
Maafkan aku Bu, saat ini belum menghasilkan banyak uang untuk mengurangi beban
yang harus kau tanggung.
Kakak. Tuhan
mengirimkan malaikat yang begitu sempurna dalam keluarga kecil ini. Malaikat yang
kuat dan selalu menjaga. Aku selalu berdoa kak, semoga engkau panjang umur dan
sehat selalu. Semoga engkau lebih panjang umur daripada aku. Semoga engkau
lebih sehat daripada aku. Terimakasih telah mau berbagi air mata ketika kita
mengalami skenario yang membingungkan hati.
Mengingat mati adalah
satu-satunya alasan agar kita bisa bersyukur masih diberi kesempatan menghirup
udara pagi esok hari. Aku sadar aku semakin tua. Aku pun berproses. Detak jantung
ini juga telah lama mengawani sejuta derap dan gelegar rasa.
Saat ini saya
sendirian. Saya takut melupakan Allah ketika sedang sendirian. Maka dari itu
saya menulis di sini.
Saya takut, tidak bisa
menikah karena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa membangun rumah
yang besar kerena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa menjadi penulis,
impian terbesar saya, karena lebih dulu meninggal. Saya takut, tidak bisa hidup
lebih lama untuk impian-impian besar saya.
Kenapa orang-orang
begitu sibuk, sehingga lupa mengingat mati?
Andaikan besok saya
mati, siapa orang yang paling sedih dan terpukul? Apakah calon suami saya? Apakah
teman-teman saya? Apakah dia? Atau dia? Atau jangan-jangan dia? Bagaimana dengan
keluarga saya? Apa mereka akan baik-baik saja?
Banyak sekali yang saya
takutkan akhir-akhir ini.
Di jalan raya.
Ketika lampu merah
menyala saya berhenti dan memandangi orang-orang disekitar. Mereka nampak terburu-buru
sekali. Mereka sangat percaya diri sekali. Mereka sama sekali tidak takut mati.
Ada yang mendesal-desal mencari celah agar lebih cepat mengejar waktu. Ada yang
berulang kali melihat jam tangan. Ada yang celingak-celinguk memperhatikan
sekitar penuh rasa khawatir. Ada yang tidak sabaran menunggu lampu berganti
dengan berkali-kali membunyikan klakson. Ada yang tidak relah membiarkan satu
motor lewat menyeberang ketika lampu telah menyala hijau dengan berteriak
kasar. Ada yang memanfaatkan kesempatan untuk menggoda orang lain yang
penampilannya agak mencolok dibandingkan pengendara yang lain. Beraneka macam
orang dengan satu kesimpulan, “mereka tidak takut mati”.
Saya hanya ingin coba
mengatakan.. Seberapa jauh kita dengan impian-impian yang kita kejar, adalah
seberapa jauh kita dengan Tuhan. Saya tidak mempermasalahkan saya di masa lalu.
Saya tidak membesar-besarkan saya di masa depan. Jalani hari ini dengan menghitung
syukur dengan jari-jari, lihat, tidak akan cukup jemari kita mewakili syukur
itu.
Jangan pusingkan
komentar mereka yang tidak mengerti masa lalu dan masa depan kita. Jangan ambil
hati pengecil hati yang selalu nakal melukai perjalanan dengan cemooh rendahan
khas pengecut. Kritikan adalah bahan untuk berbenah diri. Kita ini adalah apa
yang paling kita inginkan untuk menjadi. Terlalu banyak mendengar pujian juga
menyakitkan telinga. Terus tumbuh dengan hati yang selalu menerima syukur. Hidup
adalah hadiah dari Tuhan dari tiap milidetiknya. Hargai, nikmati dan syukuri
setiap harinya!
0 komentar:
Posting Komentar