Sudut
Garis tak terabai dan tak tergapai.
Jemari menyentuh lutut bibir seraya berkomat kamit. Ada apa
lagi dalam sorot matamu yang dalam itu, selain ketidaktahuanku?
Sudut
Tanpa ada sepasang mata yang tahu. Biasanya aku kan di
lantai paling atas. Kini aku mengabai, dan meletakkan kegusaran di sudut.
Tempat dimana banyak orang tidak tahu, mencari-cari sesuatu
untuk ditemu.
Sayangnya disini hanya ada aku. Bukan kamu yang brutal
dengan prinsipmu. Bukan mereka yang mengerti bahasa tubuhku, bukan pula dia
yang pernah tenggelam dan kupaksa muncul dari kenangan.
Kalau saja aku lebih bisa diukur dengan ilmu, mungkin
nilaiku setara dengan ratusan buku di ruangan ini. Memenuhi, berulang kali
terabaikan, berulang kali dipertanyakan letakknya, dan berulang kali ditelusur.
Tapi tak mudah ditemui, seperti buku-buku di perpustakaan ini.
Aku mengintip dari balik pesona tinta dan mereka yang
menjatuhiku dengan isi. Aku tertarik karena banyak yang meminta bukan berarti
aku selalu penuh harap karna yang menuliskanku bukan mereka yang selalu berilmu
akan tetapi mereka yang selalu memberitahukanku sesuatu, mereka yang tak pernah
diam melihat polahku. Mereka yang selalu ingin aku ditemukan, dengan segera.
Seperti catatan tipis dalam sela rak paling susah dijangkau
mata, diraih tangan. Seperti kelabu yang menolak menjadi hitam, sekalipun putih
adalah pilihan yang tak terbantahkan.
Menelaah tepi-tepi sampul, berharap aku menemukan judul
sesuai dengan permintaan hati.
Banyak buku yang berteriak dan berbicara dari hati-ke hati.
Mereka meminta untuk ku ambil. Akan tetapi curiga dan perasaan tak tenang
melingkupi dasar jiwa dan anehnya aku mulai tak tahu harus memberi ketegasan
macam apa. Aku kan takluk kalau aku tidak punya paduan.
Berhenti di titik ini. Mulailah mencari meski harus berulang
kali menari dalam kehawairan yang kumiliki sendiri. Aku bukan makhluk
sesempurna nabi, bukan pula makhluk sekecil semut. Aku bernabi dan aku berpandu
pada tulisan yang telah disuratkan, aku tinggal tahu kapan akan menuju tangga
kelangit. Bukan dengan buku-buku yang kutelan. Dengan halaman-halaman yang
tercecer saking banyaknya orang yang memperebutkan sehingga buku itu mulai,
rusak.
0 komentar:
Posting Komentar