Cinta tidak selezat roti isi keju, parutan coklat, margarin
dan susu kental manis, tidak..
Cinta tidak semanis kurma nabi yang paling dicari dan
termahsyur namanya..
Cinta tidak semenarik pelangi yang muncul selepas hujan
berjatuhan basahi Bumi.. tidak..
Aku banyak bicara tentang garis, sedangkan yang harus
kulihat adalah langit. Kalau saja dia adalah lautan salju, aku mau jatuh
diatasnya dan berenang menemui singgasana Sang Maha.
Usiaku berkurang sebentar lagi.
Kalau saja bisa, aku akan melewati tanggal esok. Aku tidak
begitu suka ulang tahun.
Karena aku selalu membawa segelas air rasa, ketika hari itu
tiba.
Maafkan aku Allah, aku susah mengendalikan perasaan. Engkau
lah Maha Tahu, aku berproses dari apa dan berapa lamanya. Sangat susah sekali
ketika prinsip berbenturan dengan perasaan. Isi kepala berbenturan dengan
maunya hati.
Aku harus gelap dulu, baru bersyukur ada cahaya.
Aku harus hidup dulu, baru bersyukur kenapa alasan untuk “ada”
kini ada.
Aku memasang jarak ribuan kilometer. Jutaan bahkan.
Sebenarnya jarak tanah dengan injakan biru yang terpasang di
atas tak begitu jauh. Hanya, udaralah yang menghalanginya hingga terlihat
teramat sangat. Jauh.
Jika saja aku dapat membangun tangga kelangit, aku akan
mengajakmu pergi bersama-sama. Mengalami udara bersama-sama.
Maafkan aku..
Karna aku mencintaimu, karena-Nya.
Aku sudah kutuk mataku jika saja masih melihat terlalu dalam
kepadamu, tapi. Sialnya, ini seperti sudah biasa.
Aku sudah minta hatiku untuk tidak terlalu meluap ketika aku
berada disampingmu, tapi. Sialnya, hampir-hampir melonjak nakal karena
getarannya sudah tidak bisa aku kendalikan.
Aku tidak tahu kenapa isi kepalaku bisa sangat teratur
ketika bayanganmu muncul sekilas.
Setiap orang menjadi manusia baru setelah 10 tahun
kehidupannya setelah kelahiran. Aku kini manusia baru yang ke-2 setelah aku
dilahirkan.
Dua puluh tahun lamanya aku menghirup udara di Bumi
Indonesia ini. Dua puluh tahun lamanya seperti melakukan perjalanan mengitari
Dunia di sisi yang lain, tapi pada nyatanya aku masih disini-sini saja.
Ayah, Ibu,
Aku, anakmu, sudah dewasa bukan?
Anakmu ini sedang berperang.
Melawan nafsu, mengendalikan perasaannya,
menuju
cita-citanya menjadi penulis yang membuat banyak orang menghargai kehidupan,
menuju cita-citanya menjadi seorang konselor profesional, menuju cita-citanya
menjadi istri dari seorang konselor profesional, menuju pribadi yang kaya aksi
karna pengalaman organisasi, menjadi pribadi yang berguna untuk orang-orang
yang mendiami hati dan didiami hatinya lewat doa.
Aku tidak peduli siapa mangsaku, dan siapa yang akan
memangsaku,
Berdiri adalah pilihan,
Jika engkau tetap, engkau seperti berada dalam ujung sebuah
jembatan panjang, bawahnya jurang, tiada cahaya yang nampak sedikitpun. Hanya ada
nurani yang menuntun dan jiwa yang ketakutan untuk mengambil arah.
Berjalan maju adalah sebuah keharusan. Jika tidak ingin
langkahmu mati dalam diam. Atau terpuruk dan dijauhi oleh waktu beserta
kenangan masa lalumu.
Berjalan mundur adalah keheningan. Jika kau tidak
melakukannya kau tidak pernah tau kau sampai di titik mana. Bagaimana engkau
berproses dan kenapa langit memilihmu.
Kini 20 tahun aku bernapas dengan segala limpahan rahmat dan
karunia-Mu,
Aku sungguh-sungguh bersedih atas berkurangnya usia.
Tapi aku bahagia Allah, aku menjadi lebih dekat dengan-Mu.
0 komentar:
Posting Komentar