Sabtu, 13 September 2014

Cinta Tak Selezat Roti Isi



Cinta tidak selezat roti isi keju, parutan coklat, margarin dan susu kental manis, tidak..
Cinta tidak semanis kurma nabi yang paling dicari dan termahsyur namanya..
Cinta tidak semenarik pelangi yang muncul selepas hujan berjatuhan basahi Bumi.. tidak..


Aku banyak bicara tentang garis, sedangkan yang harus kulihat adalah langit. Kalau saja dia adalah lautan salju, aku mau jatuh diatasnya dan berenang menemui singgasana Sang Maha.

Usiaku berkurang sebentar lagi.

Kalau saja bisa, aku akan melewati tanggal esok. Aku tidak begitu suka ulang tahun.
Karena aku selalu membawa segelas air rasa, ketika hari itu tiba.

Maafkan aku Allah, aku susah mengendalikan perasaan. Engkau lah Maha Tahu, aku berproses dari apa dan berapa lamanya. Sangat susah sekali ketika prinsip berbenturan dengan perasaan. Isi kepala berbenturan dengan maunya hati.

Aku harus gelap dulu, baru bersyukur ada cahaya.

Aku harus hidup dulu, baru bersyukur kenapa alasan untuk “ada” kini ada.

Aku memasang jarak ribuan kilometer. Jutaan bahkan.
Sebenarnya jarak tanah dengan injakan biru yang terpasang di atas tak begitu jauh. Hanya, udaralah yang menghalanginya hingga terlihat teramat sangat. Jauh.

Jika saja aku dapat membangun tangga kelangit, aku akan mengajakmu pergi bersama-sama. Mengalami udara bersama-sama.

Maafkan aku..

Karna aku mencintaimu, karena-Nya.
Aku sudah kutuk mataku jika saja masih melihat terlalu dalam kepadamu, tapi. Sialnya, ini seperti sudah biasa.
Aku sudah minta hatiku untuk tidak terlalu meluap ketika aku berada disampingmu, tapi. Sialnya, hampir-hampir melonjak nakal karena getarannya sudah tidak bisa aku kendalikan.
Aku tidak tahu kenapa isi kepalaku bisa sangat teratur ketika bayanganmu muncul sekilas.


Setiap orang menjadi manusia baru setelah 10 tahun kehidupannya setelah kelahiran. Aku kini manusia baru yang ke-2 setelah aku dilahirkan.
Dua puluh tahun lamanya aku menghirup udara di Bumi Indonesia ini. Dua puluh tahun lamanya seperti melakukan perjalanan mengitari Dunia di sisi yang lain, tapi pada nyatanya aku masih disini-sini saja.


Ayah, Ibu,

Aku, anakmu, sudah dewasa bukan?

Anakmu ini sedang berperang.

Melawan nafsu, mengendalikan perasaannya, 

menuju cita-citanya menjadi penulis yang membuat banyak orang menghargai kehidupan, menuju cita-citanya menjadi seorang konselor profesional, menuju cita-citanya menjadi istri dari seorang konselor profesional, menuju pribadi yang kaya aksi karna pengalaman organisasi, menjadi pribadi yang berguna untuk orang-orang yang mendiami hati dan didiami hatinya lewat doa.


Aku tidak peduli siapa mangsaku, dan siapa yang akan memangsaku,

Berdiri adalah pilihan,

Jika engkau tetap, engkau seperti berada dalam ujung sebuah jembatan panjang, bawahnya jurang, tiada cahaya yang nampak sedikitpun. Hanya ada nurani yang menuntun dan jiwa yang ketakutan untuk mengambil arah.

Berjalan maju adalah sebuah keharusan. Jika tidak ingin langkahmu mati dalam diam. Atau terpuruk dan dijauhi oleh waktu beserta kenangan masa lalumu.

Berjalan mundur adalah keheningan. Jika kau tidak melakukannya kau tidak pernah tau kau sampai di titik mana. Bagaimana engkau berproses dan kenapa langit memilihmu.
Kini 20 tahun aku bernapas dengan segala limpahan rahmat dan karunia-Mu,


Aku sungguh-sungguh bersedih atas berkurangnya usia.


Tapi aku bahagia Allah, aku menjadi lebih dekat dengan-Mu. 

0 komentar:

Posting Komentar