Rabu, 26 Maret 2014

Hanya, kita..

Rabu.
Aku tidak mengatakan hari ini lebih baik atau lebih buruk daripada kemarin. Karena aku leluasa menyiksa diriku dengan menahan perasaan tak karuan ini. Aku tidak mengatakan aku bahagia atau sebaliknya. Karena aku leluasa memberi dan berharap banyak. Aku mencoba menetralisir perasaan janggal ini dengan bersikap biasa, cuek, tak peduli, berpura-pura tak melihat, berpaling, menghidar, menolak, menahan, tak banyak bicara, tapi sialnya tetap tak bisa.

Aku yang telah sombong dengan waktu, kini dapatkan ganjarannya. Aku harus tahan rindu ini. Harus.

Aku membayangkan punggung itu dapat ku peluk dengan erat dari belakang.. Atau ketika air rasa ini membasahi pipi dia mengusapnya dengan kedua tangan. Tapi, apapun akan percuma.

Bicara mimpi, kuharap kau sejak dulu menginginkanku.
Bicara mimpi, kuharap kau yang pertama ku rengkuh.
Bicara mimpi, kuharap kau yang mendatangi rumahku untuk melamar.
Sayang, mimpi tak bisa bicara sekarang.. Waktu akan menebusnya, nanti.
Hanya, kita, masing-masing sedang berusaha..

Kau curang sekali.
Aku memberitahu perasaanku lewat Oleina Syzygium dan Pertanda lainnya.
Tapi kau tak pernah sakalipun mengatakan, bahwa kau iya.

Curang!

Bagaimana jika hanya aku yang memiliki perasaan ini?
Bagaimana jika rindu ini hanya rindu sepihak?
bagaimana jika kau sama sekali tak pernah berpikiran untuk memikirkanku?

Aku hanyalah hal payah di sini. Mengoar-ngoarkan rindu yang menggebu. Tanpa saling paham karena waktu masih saja memusuhiku.

0 komentar:

Posting Komentar