Stars

Bintang adalah nama lain dari keindahan. Bagi siapa yang menguping pada angin yang berbisik takdir kepada sang langit, maka ia akan tahu rahasia besar bintang. Sebagai obat rindu.

Moon

Bulan adalah lambang kesetiaan. Sama seperti bintang ketika mengitari. Ia tak pernah ingkar janji dan akan selalu beredar. Sayang, kadang remang, kadang bersinar terang sekali. Kadang bulat utuh, kadang sabit sekali. Waktu adalah nyali keutuhan. Dimana dia berlindung, disana rahasia hati mengitari.

Rain

Hujan adalah rahasia besar. Tidak ada yang tahu kapan akan tiba dan kapan akan berhenti. Apakah datangya mengundang gemuruh langit atau hanya menyusuri lembut kulit. Tapi kesakitan hujan dapat membuat rindu menyeruak. Tak akan ada yang bisa menolongmu. Selain naungan tinggi dari Sang Maha.

Metamorfose

Kita adalah hasil dari metamorfose. Hanya kita yang tahu, siapa dan apa saja yang terlibat dalam proses pendewasaan diri kita masing-masing. Bagian dari Rahasia.

Ocean

Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam sana. Entah arus yang mematikan atau ikan-ikan menakjubkan yang tenang berenang.

Kamis, 09 Oktober 2014

Gerhana Bul(k)an


Sumber foto: lipsus.kompas.com


Jejak-jejak meninggalkan mereka yang mulai berkutat dengan hari-hari sore
Aku ramah menyambut sesiapa yang datang, meski dalam keadaan hujan
Aku juga yang akan memasang lilin-lilin kecil agar suasana tercipta romantis dan menaruh kesan

Aku adil dengan semua yang aku minta pada takdir
Bukannya mauku, adalah mau-Nya juga?
Bukankah apabila aku ingin, Dia akan selalu mendengar?

Aku hampir tak punya protes pada waktu
Tapi karena menunggu adalah bagian terpenting dalam hidup, maka
Jengah jauh dari kamus hidupku

Aku lelah seharian berada di gedung megah dan hangat
Menyusuri tiap lorongnya lumayan menguras tenaga juga
Saat detik-detik telah meninggalkan
Aku selalu memasang harapan dan tersenyum.. untuk mereka yang siap menggantikan
Untuk mereka yang siaga dengan perbedaan

Meski aku menangis melihat cerminan diri
Akhirnya aku memasang mata dan tersenyum bahagia,
Karna kita kedatangan tamu yang sangat istimewa,
Para penebar kebahagiaan itu sendiri

Mendebarkan

Aku asli bukan sutradara dan pemilik kehidupan
Bukan pula yang menentukan naskah cerita
Melihat mereka seolah aku melihat kehidupan
Dan mereka menambah keyakinanku akan kuasa Tuhan Yang Maha Maha

Jejak-jejak yang kebingungan arah setelah lepas tangan
Akan menempuh perjalanan yang sesungguhnya
Bukan terpaku pada rutinitas yang memusingkan lagi
Jejak-jejak yang kebingungan akan menaruh tasnya dikursi-kursi kampus yang sejak lama ditinggalkan

Aku tidak punya apa-apa untuk ditinggalkan
Sedihku adalah jika aku tak mampu berguna
Bahagiaku adalah melihat kalian mempunyai barisan yang kuat dan menyala nyata

Aku tidak tahu akan melihat perpecahan atau justru nanti kalian akan dipersatukan
Bukan Tuhan namanya jika tak punya garis yang disembunyikan
Manusia seperti kita hanya sebatas menduga dan berprasangka
Sedang Tuhan akan menuruti apa yang menjadi prasangka kita

Aku nyala dan rembulan adalah keindahan
Aku suka warna khasnya gerhana dan syahdu malam yang menerkam
Aku lingkar hitam yang menyusur lalu pergi meninggalkan bekas bayangan
Aku ramai tapi sebenarnya sepi

Ini pesan yang aku ingin utarakan kepada kalian,

Beberapa hari ini mataku mengamati, daun telingaku menangkap suara dari bunyi yang terkecil hingga yang terkeras, aku mati-matian menyelinap dalam tawa-tawa kalian. Dan akhirnya mendapatkan kabar gembira bahwa, kalian yang menuruti jejak kepergian akan mendapatkan sesuatu yang lebih berharga daripada emas, yaitu rasa “berharga” itu sendiri.
Jika dalam waktu dekat ini, aku tidak terlihat bermanfaat,
Maka aku ingatkan lagi perjalanan masa lalu. Ketika semua berkumpul dan menyebut namaku berkali-kali. Aku tidak suka. Benar-benar tidak suka. Banyak yang lebih pantas menyematkan namanya. Kalianlah yang memilih, aku hanya menuruti persangkaan kalian, dan apa yang paling kalian sering pikirkan tentang aku ini.

Jika boleh jujur, aku tidak pernah lelah, meski mata kalian menangkap kerutan dan garis tawa yang turun.

Amanah tidak pernah salah memilih pundak. Terserah mata memandang garis lebih lurus atau menuruti emosi dan dugaan yang tak memperbaiki maksud. Aku lebih suka diam dan canggung jika menyapa kebodohan, daripada berpura-pura suka, padahal saling memakan yang lain itu menyakitkan.

Setidaknya di dunia ini tersedia banyak pilihan. Aku tidak tahu kapan bulan memangsa malam lagi, hingga terjadi gerhana. Aku juga tidak tahu kapan bintang muncul dan tak bersembunyi terus seperti ini.

Biasanya ketakutanku adalah jelmaan dari apa yang akan terjadi dimasa depan. Maka jika aku tetap bertahan dengan ketakutan, aku mendapatkannya di masa depan. Jika aku tinggalkan ketakutan dan menguburnya dalam, aku mendapatkan keromantisan gerhana bulan.

Lain kali, ijinkan waktu membersamai kita dalam tawa kebahagiaan. Berada diatas angin, duduk bersila dan tertawa-tawa, kita merangkai kata seadanya, saling berhambur, saling memeluk. Mencipta kebahagiaan yang telah lama kita impikan, bertukar cerita tentang mimpi-mimpi. Menghadap langit dan melihat rembulan dimangsa malam. Lalu kita melakukan sholat sunnah bersama. Saling menatap dan mencium keheningan.

Aku akan berkata aku menyayangi segala hal yang menempatkanku pada aku di masa ini. Bukan di masa lalu, bukan di masa yang hendak datang.
Aku akan berkata aku menyayangi segala wajah yang kurindui, dan membersamai keheningan, hingga masaku menunggu,


Telah habis.


Minggu, 05 Oktober 2014

Ku ambil, ku hilangkan



Sebenarnya aku ini apa?
Titik yang tak terlihat?
Atau
Pecahan kaca yang berceceran.

Ya, bukan aku yang memegang kalian. Bukan aku yang mempunyai hak untuk bertutur lebih banyak. Setidaknya aku berpikir untuk kalian.
Terdengar muluk?
Terdengar bijak?
Kau tau saja aku paling pintar membual.
Hanya yang tak pernah kau tau,

Aku selalu serius memegang komitmen, yang biasa kau sebut prinsip.

Aku punya kabar bahagia, yang biasanya akan aku bagi bersama nama teman yang kupanggil sahabat. Tapi ya, bagaimana lagi.
Kabar bahagia itu akhirnya kutelan sendiri. Biarlah. Jangan tanya apa aku baik-baik saja. Kau tau aku tak akan pernah baik-baik saja.

Aku bukan pencari muka yang ulung,
Tidak pandai bertutur luhur.
Tidak pandai merangkai kata romantis untuk diungkap.
Tidak pandai mengekspresikan perasaan.
Jika aku cinta mungkin kelihatannya aku membenci.
Jika aku peduli mungkin kelihatannya akan seperti orang angkuh.
Jika aku mengatakan pergi mungkin sebenarnya aku selalu ingin berada disamping mereka, karena itu hangat.
Begitulah alasan kenapa aku begini.
Aku bukan pencari muka yang ulung.
Tak pandai mengekspresikan rasa.

Biarlah kata-kata sindir muncul sebagai tanda bahwa aku benci, padahal sebaliknya.

Merindukanmu sebenarnya,
bukankah karena aku berada dilingkunganmu aku menjadi makhluk sesempurna ini?
bukankah karena aku belajar darimu aku menjadi seorang wanita yang sedikit pantas?
Ah mungkin ini mimpi.
Nyatanya kau tidak sungguh-sungguh ingin aku ada.
Nyatanya aku ini kan pengganggu.

Kenapa ini aku sebut rahasia?
Karna siapapun yang aku maskudkan disini, tidak akan pernah membuka tulisan tolol seperti ini. Pengakuan yang kumiliki sendiri.

Jumat kemarin aku tumpah.
bukan karna lelah menghabiskan hari tanpa memejamkan mata, lelah mempunyai perasaan, bahkan lelah menjadi orang baik.

kenapa aku tidak kembali saja ke masa itu?
Masa dimana ada banyak sekali orang yang dengan senang hati menjadi musuhku.
Masa dimana temanku adalah tawa membahana, masa dimana aku tidak bisa melihat kebaikan dan keburukan pada waktu yang bersamaan.

Jumat kemarin aku tumpah. Dan malu pastinya.
Aku lelah mempunyai perasaan. Berdiri di atas kesempurnaan yang sebenarnya membuka kelemahanku.
Aku lelah mencintai dan merindukan.
Aku yang sekali-kali ingin ditunggu, juga lelah menunggu.

Aku menanti musim hujan, tapi dianya tak kunjung datang.
Aku membuka dan yang lainnya menutup.
Bukannya skenario Tuhan menang di atas segala-galanya?
bahkan limpahan Rahmat dan Karunia-Nya menyipitkan mataku seolah ada cahaya yang nyata menyala membuatku terpejam lebih lama.

Perut bagian kanan atasku sekarang sering sakit.
Tapi bukan itu masalahnya,

masalahnya adalah,
kita tidak pernah tau sampai dimana batas usia kita di dunia.

Jika aku begini dan kondisimu lebih baik, maka mohon doakanlah aku agar segera berpangku kesejahteraan yang aku idam-idamkan.

Jika engkau begitu dan kondisiku lebih baik, maka aku akan menikammu dengan banyak sekali doa dan kalimat harapan.

Jika kondisi kita sama-sama baik,
kenapa tidak aku mencoba dan engkau mencoba?

Banyak hal yang ingin aku bagi. Baik berita yang akan menarik senyummu lebih lebar lagi, atau pun berita yang akan membuat kita menangis bersama lagi.
Aku punya semuanya.

Atau, memang lebih baiknya seperti ini?

Bukannya sudah aku bilang, "Aku adalah apa yang paling kalian inginkan untuk menjadi".


Pikiranku kacau. Maaf kalau ini berlebihan. Tapi benar.

Kenapa wanita harus selalu memikirkan perasaan? Kecewa, benci, rindu, cinta, sakit dan bla bla bla

Bolehkah aku mengenang sesuatu yang menyenangkan saja??
Kenapa yang justru kuingat adalah kata-kata yang menyakitkan.

kenapa banyak sekali kenapa di muka bumi ini.
kenapa pada akhirnya semua seindah skenario Tuhan.
Tapi kenapa kita harus dibuat sakit dulu agar mengerti?????!!!


Ah capek!
Kalau seperti ini yang kau inginkan, akan kuturuti!
Aku ini apa untuk siapa?