Stars

Bintang adalah nama lain dari keindahan. Bagi siapa yang menguping pada angin yang berbisik takdir kepada sang langit, maka ia akan tahu rahasia besar bintang. Sebagai obat rindu.

Moon

Bulan adalah lambang kesetiaan. Sama seperti bintang ketika mengitari. Ia tak pernah ingkar janji dan akan selalu beredar. Sayang, kadang remang, kadang bersinar terang sekali. Kadang bulat utuh, kadang sabit sekali. Waktu adalah nyali keutuhan. Dimana dia berlindung, disana rahasia hati mengitari.

Rain

Hujan adalah rahasia besar. Tidak ada yang tahu kapan akan tiba dan kapan akan berhenti. Apakah datangya mengundang gemuruh langit atau hanya menyusuri lembut kulit. Tapi kesakitan hujan dapat membuat rindu menyeruak. Tak akan ada yang bisa menolongmu. Selain naungan tinggi dari Sang Maha.

Metamorfose

Kita adalah hasil dari metamorfose. Hanya kita yang tahu, siapa dan apa saja yang terlibat dalam proses pendewasaan diri kita masing-masing. Bagian dari Rahasia.

Ocean

Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam sana. Entah arus yang mematikan atau ikan-ikan menakjubkan yang tenang berenang.

Jumat, 14 Februari 2014

Kelabu Menutupi

Dedaunan kelabu,
entah seberapa kental lagi debu-debu ini menutupi jalan.
Memar sungai kali dan jalanan sawah. Tidak terlihat lagi hijau disana.
Aku menetap dengan keyakinan yang kuat, bahwa Tuhan sedang membersihkan kita lewat ini.

Perasaanku layaknya debu-debu yang berhamburan itu.
Menutupi mata,
mememarkan jantung otak dan hati. Tidak nampak apa-apa dari luar. Tertutupi.
Aku menetap dengan keyakinan yang kuat, bahwa Tuhan sedang membersihkan hatiku lewat perasaan ini.

Aku mengungkapkan perasaanku hari ini...

Bukan. Bukan padamu.
Pada wanita yang sejak lama menyentuh hatiku, Ibu.

Aku bilang pada beliau, bahwa aku memimpikanmu.
Menjadi imamku.
Aku paham betul bagaimana ekspresi ibu yang kaget karna ini pertama kalinya aku membicarakan masalah seserius ini kepadanya.

Tercamkan jelas di otakku..
"Suku apapun dia, mencintai adalah hak mu. Sekarang tinggal bagaimana dia. Kalau dia merespon, maka pertahankanlah perasaan ini. Kalau dia tidak, maka berhentilah berharap. Ibu mu tidak mau anaknya terluka hatinya. Jangan sekali-kali menyatakan perasaanmu ini padanya, meskipun kamu sangat ingin".

Urusanku tidak sesederhana ini bu, aku memaklumi hatiku yang bergejolak karena rindu.
Aku mentaati hatiku yang menahan kesal karena cemburu.
Aku melalui kekecewan yang menopang punggung ini pada tahun-tahun terberatku,
dan menemukannya dihadapanku..
lalu apakah aku benar-benar harus berhenti ketika dia tidak memberikan respon apapun bu?

Aku hanya bergelut dengan pikiranku sendiri.
Sementara hatiku mencari celah untuk keluar dari keadaan ini.

Aku memaksa waktu untuk memacuku lebih cepat.
Aku meminta Tuhan mengirimkan hujan yang lebat, untuk membersihkan jalanan yang berdebu ini.
Aku meminta Tuhan mengirimkan hujan yang lebat, untuk menghapus jejakmu.
Perasaan yang jatuh dan mencederai.

Aku terjebak pada batasanku dan dia.
Aku lupa berada dimana aku dan siapa dia.

Aku berhak mencintai mu. Tapi tidak untuk mengulang takdir kekecewaan. 




Rabu, 12 Februari 2014

Refleksi

Sempat bulir bening membuyarkan refleksi tentang aku beberapa tahun yang lalu.
Aku adalah kenangan yang hilang dari memori seseorang. Mereka lupa caraku memperjuangkan diri demi mereka. Memperjuangkan diri untuk berubah menjadi burung pipit yang tidak kecil lagi. Begitulah...

Sempat dalam luang detik yang memuntahkan 'aku yang dulu' menggerogoti isi organ paling kusam ini. Hati.
Kekecewaan yang berulang kunikmati sampai mati.
Khayal adalah teman kerja terbaik.
Cita ku tergantung saja di atas, hendak menyerupai angin yang tak berwarna lagi. Tak kan ku biarkan.

Sejarah membuktikan kesanggupanku melawan diriku sendiri.
Aku kesejahteraan yang neko-neko ku lakukan sendiri.
Aku muda yang tak tahu diri.
Dan aku dibayar dengan kekecewaan ini.

Seorang Superior menandatangani di awan, surat keputusan untuk membiarkanku merenggut kembali apa yang dinamakan dengan 'kebenaran'
Ya, dan aku mendapatkannya.
Jadi lah aku yang sekarang.

Betahlah dalam pengakuan atas kekalahan, kesalahan mu sendiri.
Air mengajari kita betapa sucinya kejujuran.
dan selalu akan ada kesempatan untuk berbenah diri.

Aku bukan kesempurnaan yang diimpikan.
Aku bukan kepastian yang ditunggu.
Aku bukan teriakan yang dirungu.
Aku hanyalah kebaikan untuk diriku sendiri.
Aku adalah sepasang mata ini.
bergerak seirama,
kadang menelan kekecewaan juga.

Aku sudah senada dengan-Mu, ya Allah.
jadi biarkan pelukku ini sampai pada-Mu.
Jangan biarkan orang lain mengecewakanku lagi. Meskipun aku dipantaskan untuk itu, ya?

Sabtu, 08 Februari 2014

Tidak ada makna apa-apa dibalik tulisan ini, tidak bermaksud untuk apa-apa juga.

Sinsitifitas satu orang dengan yang lainnya sungguh berbeda-beda.
Kawanilah mereka yang memusuhimu, maka cahaya perdamaian akan menuntun langkahmu untuk semakin dekat dengan tujuan.
Sebaiknya, berhati-hatilah dengan teman-teman terdekatmu, karena hanya merekalah yang berpotensi besar untuk menghancurkanmu.

Sebenarnya apa sih yang mau saya utarakan?

Kaki saya lama-lama capek juga. Harus kejar waktu. Belum lagi beban yang harus saya bawa kemana-mana. Junjung tinggi tanggung jawab. Sedangkan saya hanya mahasiswa biasa. Mahasiswa biasa yang harus memperlakukan semua orang dengan baik.

Saat menulis ini mungkin saya sudah tidak lagi menangis, tersedu atau kecewa.
Tapi saya bahagia, nantinya saya akan menjadi orang yang "pernah berada di tengah-tengah kalian".
Suka tidak suka, dimana ada kalian, saya ada.
Saya nggak tahu kalian masih menganggapnya seperti itu atau tidak. Dan saya juga nggak peduli.

Saya paling benci dikhianati oleh seorang teman dekat. Terdekat. Dobohongi dan di dusta-i. Pukulan yang keras semasa saya baru mengenal persahabatan.
Anehnya saya tetap saja gampang percaya kepada orang-orang.

Saya percaya seleksi alam. Saya harus dipertemukan dengan orang-orang yang salah dulu, baru saya belajar untuk mencari teman yang benar-benar bukan teman biasa. Demikian tetap saya menganggap siapapun yang pernah bersama-sama dengan saya, dia mempunyai kehadiran yang sangat penting, dan berarti.


Pertama nih..

Buku diary saya pernah di-ekspose di depan kelas oleh sahabat terdekat saya. Akibatnya, semua orang tahu tentang perasaan saya kepada seseorang yang demikian kuat saya jaga rahasianya.
Kalian bisa bayangkan sakitnya, pengkhianatan itu. Orang yang saya sayangi jadi menjauh, karena malu mendengar kata-kata pujian dan cinta saya kepadanya diketahui banyak orang. Begitu besar perasaan malu yang saya tanggung dan beban yang muncul karena cibiran orang-orang yang tahu rahasia saya. Mereka memandang remeh perasaan yang saya tulis pada buku diary itu.


Saya memusuhi sahabat saya itu sekitar dua tahun lamanya. Saya mengikrarkan diri untuk tidak lagi berhubungan dengannya tentu setelah kejadian itu.
Sejak itu saya benci pengkhianatan.

Tapi lihat,
Siapa orang yang sampai detik ini masih memikirkanmu, memikirkan kehidupanmu wahai sahabat? Saya.
Saya ingin sekali menemui anakmu dan memberinya sesuatu. Tapi mohon maaf, belum saatnya. Saya harus sukses dulu agar engkau merasa bangga pernah mengenalku.
Saat ini saya baru bisa mendoakan, semoga kau, anakmu menemukan sosok laki-laki yang bertanggung jawab dan gagah berdiri diatas keringat yang diperasnya sendiri. Kehidupanmu akan lebih baik lagi. Saya percaya.


Saya belajar dari itu.
Belajar lebih berhati-hati mengelola persahabatan.


Saya termasuk orang yang perhatian, kan?



Mengamati tingkah laku seseorang dengan detail dan mendalam.
Saya tidak ingin salah lagi menilai seseorang.
Saya adalah badut yang memakai topeng dan pakaian buncit.
Agar sesama merasakan, betapa lucunya kehidupan itu.

Dihina? Direndahkan? Saya sering.
Tetangga itu adalah orang yang mengaku keluarga, akan tetapi tidak sepenuhnya mengeluargai.
Dibicarakan adalah hal yang biasa. Dibenci juga wajar.
Tapi maaf, saya makhluk Allah yang tinggi kedudukannya di dunia, sama seperti yang lainnya. Tidak pantas untuk direndahkan.
Jangan kaget.
Saya pernah dikatai,
"Anak nakal"
"Anak bodoh. Tidak lolos masuk sekolah negeri"
"Anak tukang *****"
"Sok pintar"
"Tidak pernah tersenyum!"
"Wajah pemurung! bodoh"
"Anak miskin"
"Sok kaya"
"Jelek"
"ngaca"
"Nggak pantas kamu!"
"Wih punya baju mahal"
"Ibu kamu tuh *****"
dan bla bla bla. Saya sampai takjub dengan olokan mereka.

Nggak nyangka kan?
Itulah tetangga. Bermacam-macam bentuknya. Untung, saya seorang badut.
Kenapa mereka senang sekali mengurusi urusan orang lain? Sampai-sampai lupa mengurus diri.

Tapi lihat,

Tanpa olokan mereka, saya tidak mungkin mempunyai semangat seperti ini.
Terimakasih, tetangga.




Sekarang..
Apalagi?

Dituduh mencampakan persahabatan? Ya, saya sering. Dibilang "sekarang sombong" dan lain sebagainya. Saya kenyang sama kata-kata itu.

Dengar, bukan karena kalian tidak baik maka saya jauh dari kalian. Semua yang saya kenal adalah orang-orang baik, hebat, dan paling berkesan.
Saya hanya sedang mencari, masih mencari seseorang yang bisa saya ajak susah dan senang bersama-sama. Tidak hanya maunya senang bersama tok. Itu bukan Sahabat namanya.
Saya tidak mencari teman yang cantik, atau pinter, atau kaya kok. Bercita-cita mempunyai teman yang bisa diajak SUSAH dan SENANG bersama-sama apa salah?
Dan yang pasti, teman yang mengerti saya dan selalu mengingatkan saya tentang kebenaran.


Mungkin kalian mulai merasa tulisan ini nggak penting.
Tapi tulisan yang nggak penting ini adalah sebagian dari hal-hal yang pernah membuat saya menangis. hehe.


Apalagi?
Diomongin? Dibenci? Haduh..
nggak usah dibahas disini. Orang ada yang nge "like" pasti juga ada nge "dislike" kan?, jadi terserah kalian yang menilai saya. Saya kan hanya objek penilaian kalian.

Apalagi?
Disakiti?
Sering.
Disindir?
Sering.
"Temen apaan? Maunya sama orang-orang pinter tok. Dasar Diskriminatif"
Saya pernah dengar kata-kata itu dari mulut teman yang pernah sangat dekat dengan saya.
"Siapa kamu?"
Sindiran yang bikin saya makin kuat.
"wah mentang-mentang udah bisa apa-apa sendiri, sekarang nglupa"
Hemmm......... ini sering keluar masuk telinga saya.
Emang salah ya hidup mandiri? Tidak menyusahkan orang lain?
Tapi terimakasih, saya berhutang budi kepada kalian yang susah-susah berusaha membantu saya--dengan IKHLAS. Semoga.


Apalagi nih?
Oiya masih disakiti.
Sekarang saya kurang apa coba?
Saya punya seorang sahabat. Dan saya pernah suka sama seseorang yang covernya mulus, lebelnya positif, tapi isi di dalamnya negatif.
Sangat negatif. Saya melihatnya melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya untuk dilakukan bersama dengan sahabat saya.
Saya ikhlaskan dia. Beri dia nasehat. Memaafkan dia. Memberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Karena saya sadari dia punya potensi yang besar untuk mencapai puncak karir. Pendidik yang superior. Otak yang kinclong. Dan saya sadar betul dia tetaplah teman saya, dan saya bertanggung jawab atas itu. Saya diamkan dia supaya berpikir bahwa yang dilakukan itu salah. Saya memaafkan dia karena kasihan dengan dia. Saya dekati dia karena saya peduli, tidak ingin dia mempunyai musuh.

Tapi lihat,
Dia dengan angkuhnya berjalan diatas jembatan paling terang menuju cita-citanya.
Ikut menganggap enteng saya dengan tatapan culasnya.
Sangat menyakitkan.

Tidak apa.
Tanpa dia, saya tidak akan belajar untuk memaafkan dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi.

Dan yang terakhir.
Saya mungkin mengecewakan beberapa orang karena keputusan saya.
Saya sadar betul ini keputusan yang buru-buru.
Dan saya sadar betul ini kesempatan yang akan menjadi kesempitan jika saya tinggalkan.

Berada dalam dua organisasi, dan amanah yang sama-sama besar.
Saya tidak mungkin meniggalkan salah satu.
karena dua organisasi ini tempat saya belajar.
Hanya ingin SEMPAT sebelum SEMPIT.

Ternyata malah membuat banyak orang khawatir saya tidak akan amanah dan maksimal di keduanya.
Jujur, saya sendiri masih goyah,
tidak tahu harus bagaimana nanti.
Tapi lagi,
ini lah yang namanya belajar.
Keduanya akan menyibukkan saya. Dan inilah yang menjadi alasan terkuat saya kenapa saya berada di keduanya.

Saya tidak mau sibuk memikirkan hal-hal yang membuat hati saya lemah. Yaitu, jatuh cinta.
Semoga dengan waktu sempit saya. Saya tidak akan menangisi laki-laki, berharap lebih dan mengemis cinta lagi. Saya nggak akan punya waktu untuk itu. hehe
Itu masih harapan, dan komitmen saya di tahun ini.

Saya ingin di tahun ini, saya mendapatkan jejak pembelajaran dari kedua organisasi ini.
Sehingga, di tahun mendatang, saya hanya tinggal memikirkan tugas akhir, dan fokus menyelesaikan kuliah.
Setelah ini saya akan lepas dari keduanya. Dengan perasaan bahagia dan penuh hasil, yaitu pembelajaran yang luar biasa.

Saya paham mereka kecewa dengan ini. Tapi maaf, ini untuk kesehatan hati saya.
Dengan sibuk, saya tidak akan mengurusi hati saya yang sering menangis karena terlalu sering berharap. hehe.


Semoga tidak ada yang membaca ini ya? Ini rahasia.
Sebenarnya saya malu menuliskan ini. Mungkin ini kurang objektif karena ini cuman opini dan perasaan dari saya sendiri.
Saya tidak tahu apa yang ada dipikiran kalian mengenai ini.
Ini hanya teriakan yang mengganggu pikiran saya selama berhari-hari.
Jadi mohon dimaklumi dan jangan terlalu dianggap apa.


Hai..


-saya yang merindukan kalian semua-

Jumat, 07 Februari 2014

LOTUS


Bunga Teratai tidak Selamanya Jatuh di Air

Pertama kali aku denger pepatah itu.. nggak tau kenapa aku langsung mengangguk, senyum tipis, ehm. Mendalami. 

Filosofi ini dari pandanganku sendiri, maksudku, pandangan dari seorang Pipit yang tidak tahu banyak tentang bunga Teratai. Jadi, ijinan aku sok tau kali ini hehe.


Pepatah dari bahasa sansekerta ini menurutku jleb banget. 

1

2

3

Bunga Teratai..
Persilakan aku merangkai kata-kata cupu-ku untukmu

Diri mu, menyembunyikan keindahan di atas air yang keruh itu. Mana ada orang yang mau mempersilakan kekasihnya untuk memetikmu wahai Lotus? Mereka takut merusak keindahan yang terpasang. Engkau tertutup dan menutupi. Jauh dari jangkauan dan jauh dari sentuhan. Bahkan jauh dari tanah tempat manusia meninggalkan jejak.

Engkau berteriak dalam keruh. Tapi hanya disanalah kau dapat hidup
Engkau selalu mempertanyakan mentari, tapi sayang tak pernah sejengkalpun meraih hangatnya

Engkau menyembunyikan rahasia lain dari dasar air itu.
Cinta sejati, Ketulusan, dan Keberanian Menunggu. Kudapati dari luapan keindahanmu, tersirat karna itu.

Lotus, kau deskripsi hatiku saat ini. 
Aku tak pernah terpampang, hanya terus-menerus berbisik. Kau tak pernah pamer keindahan, hanya terus-menerus mengutarakan isi hati pada sang gelombang. Tanpa tahu rasanya daratan. 

Lotus, kau tidak akan selamanya jatuh di air, ketika masa habismu tiba,
Aku yang akan mengubah takdir itu, 
memetikmu 
untuk kekasihku.
Membawamu ke daratan.
dan membiarkanmu merasakan kedamaianmu sendiri disana. 

Kau tahu, aku kadang ingin berada di tempatmu juga.

Aku suka caramu melindungi rahasia di bawah sana. Aku suka caramu merendah, padahal nyata-nyata kau adalah keindahan cinta sejati. 
Aku suka caramu bertahan untuk sekedar merasakan kehadiran mentari.
Aku suka caramu membuat orang-orang penasaran.

Kau tau? Mungkin seseorang dengan hati yang bersih.. dia mencintaiku, merindukanku, dan ehm--mungkin memimpikanku. Dan dia memikirkanku saat ini.................. membaca tulisanku yang tak berarti ini..

Aku sama seperti orang-orang yang tertarik dengan keindahanmu yang menyihir. 
mereka pasti sangat ingin memilikimu,
membawamu ke daratan, 
meskipun mereka tahu, kau akan mati disana.

Terakhir,
Lotus...
Tapi kau tidak akan mati di tanganku.. aku akan menjagamu.. dengan berbagai cara 

agar tetap hidup.