Minggu, 13 April 2014

Enough






Persembahkan perasaan kecewa itu, sekali lagi.
Maka itu sudah sangat cukup menghancurkan hatiku.
Baiklah, impian, dapatkah kamu mempertemukanku dengan orang-orang yang benar dimudahkan bagiku?
Awalnya saya percaya, hati-hati manusia tak akan pernah salah memilih. Memilih jalan mana yang dituju, memilih Tuhan yang disembah, memilih agama yang diyakini, memilih lelaki yang mengasihi, memilih teman yang bahkan menyayangi. Hati tak akan pernah salah memilih. Jadi jangan kecewakan lagi hati yang tertambat ini.
Berapa kali lagi?
Mendapatkan harapan sekali lagi, lalu dikecewakan sekali lagi.
Inilah ujian terberat.
Menjadi orang yang benar-benar sendiri.
Apa batasan tak berlaku untuk ujian hidup?
Katanya Tuhan tidak akan memberikan sesuatu yang tidak mampu dipikul oleh hamba-hambaNya..


Melibatkan diri dengan kebaikan, kadang,
Melelahkan juga.
Jadi orang baik memang selalu harus menerima tangisan demi tangisan.
Lumrah orang membalik hatinya, lumrah orang lelah dengan hidupnya. Apalagi jika dilingkupi atmosfer yang sering mengombang-ambingkan perasaan.
Aku bisa kuat pada masalah yang sangat besar sekali.
Tapi pada kerikil sekecil ini, aku terjungkal jauh sekali.
Katakanlah iya, jika memang iya.
Tolong, katakanlah tidak jika memang dari awal tidak.
Jangan dengan mudah membolak-balikkan perasaan.
Akhirnya orang lain kena dampaknya.
Orang lain kecewa, padahal sudah bergantung banyak. Sudah mengikat pinggangnya lebih kencang, memutuskan untuk duduk di sampingmu. Berpikir mendapatkan sesuatu yang lebih baik.
Nyatanya hanya memeluk angin. Tak terasa hangat. Betah dengan dingin.
Kalau tak cukup dengan menjadi orang baik saja.. maka,
Alah. Siapa yang mau peduli.
Jangan percaya lagi pada orang lain, Pit. Bahkan orang yang telah kamu gantungi harapan. Harapan hanya berupa benang yang dikaitkan. Maka mudah sekali untuk dipatahkan.

Saya benci menggantungkan harapan pada orang lain. Sudahlah. Bisa dihentikan?

Jika sendiri saja lebih baik, kenapa tidak?
Tidak ada yang perlu ditakutkan.
Berjalan tinggal berjalan saja.
Persetan dengan like or dislike. Orang terlahir dengan moral dan rupa yang berbeda.
Ada yang ngelike pasti tak sedikit pula yang ngedislike. Tinggal hadapi, cari apa mau mereka.
Ah, sudah.
Percuma juga. Mereka yang dimaksud juga nggak akan mungkin baca tulisan rewel ini.
Kata cinta juga sama saja.
Menghilangkan hal yang tidak penting seperti itu malah justru susah sekali.

Kenapa saya harus punya perasaan? Kalau perasaan membuat langkah saya patah ditengah-tengah.
Harapan saya juga patah.
Ingin rasanya tahun ini segera berlalu.
Saya ingin cepat lulus. Bosan. Eh, sebenarnya ingin berpaling dari orang-orang ini.
Saya nggak mau capek-capek ngurusin perasaan, ngurusin orang. Memperhatikan kawan bahkan mempertahankannya, kalau kawan itu nggak mau capek-capek minger buat sekilas ngeliat pengorbanan saya, lalu ngapain coba?
Otak saya ini sudah hampir lebur. Kurang koordinasi sama ati.
Saya orang paling cerewet malam ini.
Setidaknya hanya saya yang dapat mendengarkan keluhan ini. Cerewet tanpa suara memang menyakitkan.
Intinya,
Tolong, orang yang saya panggil teman, jangan mengecewakan saya to. Saya tau ini hidup anda dan saya juga punya hidup.
Setidaknya bilang iya kalau memang sejak awal iya.
Konsistenlah.
Tau akibat dari ketidak konsistenanmu?
Orang lain bisa sakit karena itu.
Terlebih penyampaian, dan tutur lembutmu memang kadang melewati batas perasaan yang membentengi orang lain. Sampai orang itu bertekuk lutut sambil tertawa pada hal kecil yang bisa membuat dirinya menangis malam-malam begini.
Tau begitu kan saya nggak perlu susah-susah bercerita lebih dalam tentang siapa saya, dan bagaimana keluarga saya.
Kecewa.
Dan untuk cinta,
Berulang kali. Sakti sekali kan?
Cukup untuk berpusat pada perasaan.
Saya harus belajar, cepat lulus.
SUKSES.

Terimakasih atas pemaklumanmu yang palsu itu.
AHA! Siapa bilang sendiri itu tidak lebih baik?
Dan kamu! Maaf sudah merepotkanmu untuk mendengarkan cerita-cerita yang seharusnya kusimpan sendiri.
Dan untuk KAMU! Maaf sudah lancang mencoba hatimu.
Harusnya saya kapok telah banyak berharap.
Lelaki sepertimu baiknya untuk wanita yang lembut tutur katanya. Tidak seperti ku yang rewel malam ini.
CEPET LULUS PIT! Lupakan kekecewaan di hari ini!

0 komentar:

Posting Komentar