Rabu, 12 November 2014

Hujan Pertama di Bulan November




Merembes akar hijau dedaunan yang tadinya—hembuskan angin semilir

Teramat detail lirik-lirik ini kusampaikan
Juta kali memangsa lamunanmu dijauh sana tapi tetap tak temukan aku—kau datang dengan siapapun yang melewatimu
Melaluimu sekilas
Mengabadikanmu selamanya

Pelan, rindu ini bukan lagi memenuhi.. membuncah ke permukaan. Sampai tak ada lagi ruang, sampai-sampai kejatuhcintaanku tidak ada maknanya lagi.
Hingga tiada hingga
Tanda baca yang kubuat untuk mengakhiri kalimat juga tidak bermakna
Hati-hati dengan kerumunan hujan
Mereka melaju memukul dan mengelabuhi mereka-mereka yang duduk dilatar-latar rumah, menikmati derasnya

Hujan menantang sesiapa yang dengan angkuhnya mematik api rindu
Kemudian menyuruh mereka maju satu-satu
Jika mereka datang sendirian, gelegar petir kan menyambut dan meruntuhkan ketangguhan yang mereka banggakan padahal palsu

Sudahlah wanita, yang dengan segala kelemahannya bertahan ditengah dingin
Sudahlah wanita, yang dengan segala kebingungannya mencari tanda disesatkan oleh arah mata angin yang tak menentu

Ini kemarau kemarau lugu
Ini penghujan yang terlalu syahdu
Bahkan untuk terpenggal dengan syair rindu

Bahkan untuk tertidur dan menghilangkanmu dari mimpiku

0 komentar:

Posting Komentar