Stars

Bintang adalah nama lain dari keindahan. Bagi siapa yang menguping pada angin yang berbisik takdir kepada sang langit, maka ia akan tahu rahasia besar bintang. Sebagai obat rindu.

Moon

Bulan adalah lambang kesetiaan. Sama seperti bintang ketika mengitari. Ia tak pernah ingkar janji dan akan selalu beredar. Sayang, kadang remang, kadang bersinar terang sekali. Kadang bulat utuh, kadang sabit sekali. Waktu adalah nyali keutuhan. Dimana dia berlindung, disana rahasia hati mengitari.

Rain

Hujan adalah rahasia besar. Tidak ada yang tahu kapan akan tiba dan kapan akan berhenti. Apakah datangya mengundang gemuruh langit atau hanya menyusuri lembut kulit. Tapi kesakitan hujan dapat membuat rindu menyeruak. Tak akan ada yang bisa menolongmu. Selain naungan tinggi dari Sang Maha.

Metamorfose

Kita adalah hasil dari metamorfose. Hanya kita yang tahu, siapa dan apa saja yang terlibat dalam proses pendewasaan diri kita masing-masing. Bagian dari Rahasia.

Ocean

Tidak ada yang tahu apa yang tersimpan di dalam sana. Entah arus yang mematikan atau ikan-ikan menakjubkan yang tenang berenang.

Sabtu, 31 Mei 2014

Finnaly..




Mau tau apa yang kurasa?
Rasanya semuanya lengkap sudah.

Puzzle yang berceceran kini saling menyatu.
Mencipta satu bentukan baru.
Dan kau tau?
Semuanya ternyata tidak sempurna. Meskipun nampak sempurna.

Beberapa hari yang lalu, dalam kotak makan tempat—segala menuangkan rasa. Aku tidak terlalu suka membicarakan pekerjaan. Aku diam dan mendiamkan.
Pembicaraan itu muncul ke permukaan. Pembicaraan yang muncul dari sudut pandang laki-laki dan perempuan. Ternyata laki-laki dan perempuan itu benar-benar seperti Mars dan Venus. Berbeda. Sayang sekali. Apalagi dalam memandang perasaan.
Kau lelaki yang sempurna sekali. Ya, aku semakin kagum. Tapi aku tidak suka. Tidak suka mendengar pembicaraan malam itu.
Aku jadi tau kan kalau kau sama sekali tidak menaruh perasaan apa-apa padaku. Aku jadi tau kau tidak akan memberikan respon apapun karna memang kamu—tidak.
Kau bilang dirimu punya prinsip? Seberapa besar prinsip itu membatasi perasaanmu??!!
Kau bilang mengejar karir? Kau pikir aku punya waktu untuk memikirkan hal yang aneh ini??!!
Kau bilang tidak pernah menangis karena perasaan? Tapi kenapa kau bertanya hal yang sangat membingungkan tentang perasaan sayang yang menyakitkan??!! Pikirkanlah.
Kau bilang kau cermat mengambil langkah dalam mengejar cintamu? Kau pikir kau sedang berbicara kepada siapa??!!
Kau bisa dengan mudah memandang suatu hal, dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan semacam ini? Apa yang kau INGINKAN!
Kau tau awalnya aku tidak akan menyerah? AWALNYA

Aku tidak bisa menahan senyum terlalu lama. Aku menginginkan mu, pun kehadiranmu, tapi kau yang dinyana-nyana tidak pernah menunjukkan, setidaknya memberikan respon. Sedikitpun tidak. Bahkan menyatakan dengan tidak tersurat bahwa dirimu makhluk sempurna yang tak memiliki perasaan apapun kepadaku, ya kan?

Hari ini lengkap sudah.
Susunan Puzzle itu kini membentuk bentukan yang sempurna.
Aku jadi tau apa yang harus aku lakukan.

Masa menunggu ini akan ku akhiri. Sama seperti waktu kita menunggu keberangkatan menuju suatu tempat. Ketika masa itu datang. Kita sama-sama pergi. Aku juga akan seperti itu. denganmu. Kamu? Bukankah sudah pergi lebih awal? Mendahuluiku?

Malam itu bintang-bintang bak lampu-lampu yang terpasang di langit dan menunjukkan kemegahannya. Itulah kenapa aku sangat suka sekali pantai. Suara ombaknya!!
Setelah perjalanan yang panjang itu, akhirnya terbayar sudah.

Aku mencurahkan isi hatiku pada seorang teman. Sungguh, aku berharap kau mendengarnya. Tapi kau asik dengan mereka, ternyata.
Ada berkali-kali bintang jatuh. Kuyakin kau juga melihatnya kan?
Tapi kau tak melihat perasaanku di balik sana. Di balik formasi Taurus.  Ini Mei kan?
Aku menggantungkannya pada bintang yang paling terang, Aldebaran. Bintang yang terpasang dengan gagahnya, seperti Taurus itu sendiri.

Ketika mentari mengagetkanku dengan cahayanya dari ufuk timur.
Aku mulai berhenti menalar perasaanku.
Dan membiarkan ini apa adanya.

Aku tak mau menceburkan diri ke dalam laut karena itu hanya akan membuatku semakin larut dalam perasaanku sendiri. Aku diam dan mendiamkan.
Silahkan kau dengan gaya sesukamu.. Aku lebih suka menikmati kebahagiaanmu daripada menuntutnya langsung darimu.

Terik. Matahari mulai meninggi.
Dan aku masih melihatmu. Ahaahhhaaah. Tapi kamu tidak. Ya, aku tau!
Aku memegang namamu. Menulis satu kata, yang pasti kamu tau apa itu artinya.
Kau tau apa yang bisa membuatku merasa sangat jatuh hari ini?

Seseorang membiarkanku tau kalau aku ini “gampangan”. Entah apa itu artinya.
Aku harap yang memberitahukan lewat tulisan itu bukan kamu. Ya kan? Eh?

Satu kata itu tercatat dan terekam jelas di otak. Sampai sepanjang perjalanan pulang aku terus-menerus memikirkannya. Introspeksi diri.
Aku tidak tau jelas. Semuanya samar.
Berulang kali aku mencari perilaku mana yang menggambarkan kata dalam tanda petik itu?? aku sama sekali kosong. Aku hanya beribu kali berharap bukan kamu yang menuliskannya.

Aku hanya perlu memperbaiki diri. Berusaha lebih keras lagi.
Aku tak akan menunggumu lagi. Aku biarkan ini begini adanya.
Aku harus fokus mengurusi pekerjaanku.
Mengurusi hobi ku.
Aku harus tak punya waktu lagi untuk menunggumu. Silahkan kau mau bagaimana aku akan ikhlas menerima.
Jangan ragukan perasaanku. Kapanpun kau bilang ingin mendampingiku aku akan bersedia.
Pun ketika kau berada disisi orang lain, aku akan bersedia—melepaskan.
Aku tidak akan menunggumu lagi.
Dan aku tidak akan ragu-ragu dengan perasaan ini.

Yang ku bisa lakukan adalah berproses untuk menjadi manusia. 

Rabu, 21 Mei 2014

Tau?




Tau?
Bagiku, jarak bukanlah apa
Tau?
Aku pernah menjalaninya dalam jarak yang lebih jauh terbentang

Dan Tau?
Rasanya itu sakit
Tau kenapa?
Itu datangnya dari hati.
Bukan dari tempatmu berasal. Bukan dari tanah kelahiranku pula.
Tau?
Bukan masalah tempat
Atau waktu yang memisahkan
Atau membuatnya terlihat berbeda
Atau membuatnya jauh di khayal
Tau?
Sudah kubilang
Ini masalah hati.
Datangnya dari sini (hati)

Tau?
Rasanya tak adil.
Ya. Tunggu dulu.
Tak adil.
Tau?
Kenapa hanya kau yang tau perasaanku?? Sedangkan aku tidak pernah tau perasaanmu??????
Tak adil.
Kenapa hanya aku yang salah tingkah??
Sedangkan kau tidak pernah mengalami kecanggungan ini??
Tau?
Kenapa kau bisa begitu biasa saja.
Sedangkan aku selalu tak karuan.

Tau?
Adil??
Adil??? He???

Langit mudah sekali membolak-balikkan perasaan.
Kadang aku bisa sangat benci sekali melihatmu-ketika sedang bersama wanita lain.
Kadang aku bisa netral sekali denganmu-ketika kau bahagia dengan orang lain disekitarmu.
Kadang aku bisa grogi sekali di dekatmu-ketika hanya ada aku dan kamu di suatu tempat dan waktu.
Kadang aku bisa sangat sayang sekali kepadamu-ketika melihat senyummu.
Kadang aku ingin sekali memeluk erat dirimu-ketika aku sendang sendiri dan sedih.
Kadang aku bisa lebay sekali di depanmu-ketika aku coba menutupi perasaanku.
Kadang aku bisa sangat marah sekali denganmu-ketika sedang tak memperhatikanku.
Tau??

Kenapa rasanya seperti ini?
Karena telah lama aku jatuh kepadamu.
Berkali-kali
Dan tetap jatuh hati.
Berkali-kali mengelak
Dan tetap jatuh hati.
Berkali-kali menghindar
Dan tebak??

Aku masih jatuh hati!!!!

Dan kupikir. Semoga..
Aku berhenti denganmu. Aku menjadi milikmu.

Tau?
Karena Allah telah menciptakan perasaan ini.

Jadi akan ku kembalikan kepada-Nya.

Kamis, 15 Mei 2014

Kamis



Kamis,
Debu-debu jalan yang bercampur dengan asap kendaraan.
Hari ini kau murni kelelahan..
Aku tahu kau sempat protes, kenapa?
Seharian ini ada yang membuatmu berpikir sangat keras kan?
Ya, Aku membaca mimikmu.

Kau tau malam ini bulan sempurna?
Eh. Tidak. Tidak!
Bulan tak sempurna tanpa bintang. Meski ia utuh sekalipun.
Bulan meski tak utuh sekalipun. Sempurna karena ada bintang.

Kau tau ibuku sangat senang sekali?
Sepertinya kau tak tau kalau aku telah bercerita sedikit tentangmu. Bahayanya aku takut kau menyerah dengan perasaanmu.
Kau tau ada yang sedang aku perjuangkan disini kan? Kau tau aku sangat bisu sekarang?
Kau tau aku sangat tidak ingin sering bertemu denganmu karena itu membuatku selalu merindukanmu.

Ku katakan ini pada jalan panjang yang ku lalui.
Bersama dengan hisapan asap knalpot kotor.
Bersama dengan tiupan angin kendaraan yang melalui.
Beberapa tangan mengeluh di pinggiran. Mereka pudar bagai awan. Aku pun lelah menyetir. Kau tau perjalanan Klaten Jogja sangat jauh. Bagiku. Sekarang kau lihat? Tempatku dan tempatmu begitu juga.
Amat jauh.
Ya, apalah itu. Kita berbeda.
Kau begini dan aku begitu.
Aku seperti ini dan kau seperti itu.
Aku diketawai kesungguhanku padamu. Diuji juga.
Beberapa lelaki berlalu dan pergi. Dan lihatlah, hanya kau yang bertahan. Eh. Ku pertahankan.
Kau lihat? Pucuk merah di lapangan hijau melayu.
Ya. Itu karena ia tak betah dengan musimnya.
Kau lihat? Aku pun juga akan melayu.
Ya. Itu karena aku tak betah dengan sikap tak acuhmu.
Ya, ini lah wanita. Banyak mau nya, susah dimengerti kata-katanya. Itu yang ada di pikiranmu, kan?
Kau harus belajar bagaimana mengungkapkan perasaan.
Jangan aku terus yang maju.

Beberapa kali kutangkap senyummu. Sembunyi-sembunyi aku dapat merasakan kebahagiaan itu. Tapi kau berusaha menyembunyikannya lagi. Aku gusar karena tak pernah melihat wajahmu menatapku, kau berpaling dan terus seperti itu. Ayolah jangan gugup lagi. Aku paham kamu, kamu juga harus memahamiku. Bukan hanya paham sikap dan tingkahku yang berlebihan ini, terutama jika kau ada di sekelilingku.
Aku selalu menghitung detik yang kita habiskan untuk saling berbicara. Tak pernah lebih dari lima menit.
Aku selalu menghitung detik yang kita habiskan berdua. Tak pernah lebih dari lima belas detik.
Selalu pergi. Pergi. Menghindar. Ya, kan?

Aku lelah tapi ingin sekali mencurahkan ini. Ijinkan ya?
Aku selalu membohongi kata-kataku.
Judul blogku sebelumnya aku berjanji tidak akan menulis hal tidak penting seperti ini. Tapi ini masalah hati. Yaa Tuhaan.
Maafkan.
Pikirkanlah..
Berikan detik lebih lama lagi untuk kita saling bicara. Dengan begitu kita bisa saling memahami.

Berikan detik lebih lama lagi untuk kita duduk, tak apa berdua. Jangan selalu menghindar dan banyak alasan. Dengan begitu aku bisa membaca hatimu.

Minggu, 11 Mei 2014

Gugur



gambar: tiangawan.com

Seseorang berikan aku seikat daun kering
Kalau dia hancur karena remasanmu
Dialah aku
Kalau dia menguatan diri untuk mempertahankan bentuk dalam remasanmu
Sayang sekali, itu bukan aku

Beberapa ditiup oleh angin, oh tak apa.
Beberapa mengikuti udara pun tak apa.

Jatuh dan sering kali tak dipedulikan
Harga murni tak di sandang.
Hanya seonggok dalam sekumpulan
Hanya secuil dari kumpulan yang terbuang

Mentari mengelabuhimu
Dia janji katanya hujan
tapi dia menyuguhi gerah
Tak jadi hijau
malah kering kerontang.
Dan pusing dalam beberapa hari
kau terjatuh di atas tanah.

Daun
aku manis memandangmu
lelap akan lamunanku sendiri
aku perih merasakanmu
rasa akan rindu yang tak bisa ku miliki sendiri
beberapa hari ini
aku mencetakmu baik-baik dalam ingatanku.
Hingga membekas.

daun..
aku ingin hijau bersamamu.. berada di puncak tertinggi
tanpa mengenal musim gugur.
sampai kita coklat dengan sendirinya...
kemudian gugur dengan sendirinya...

agar aku layak kau pandangi
agar sampai rinduku di sudut ruang hati
menjelma dan terus mengisi.
jangan payah dengan pura-pura tak mengerti.
Ingat waktu selalu meninggalkan kita
jika kita tak mengambil kesempatan satu sama lain.