Sabtu, 31 Mei 2014

Finnaly..




Mau tau apa yang kurasa?
Rasanya semuanya lengkap sudah.

Puzzle yang berceceran kini saling menyatu.
Mencipta satu bentukan baru.
Dan kau tau?
Semuanya ternyata tidak sempurna. Meskipun nampak sempurna.

Beberapa hari yang lalu, dalam kotak makan tempat—segala menuangkan rasa. Aku tidak terlalu suka membicarakan pekerjaan. Aku diam dan mendiamkan.
Pembicaraan itu muncul ke permukaan. Pembicaraan yang muncul dari sudut pandang laki-laki dan perempuan. Ternyata laki-laki dan perempuan itu benar-benar seperti Mars dan Venus. Berbeda. Sayang sekali. Apalagi dalam memandang perasaan.
Kau lelaki yang sempurna sekali. Ya, aku semakin kagum. Tapi aku tidak suka. Tidak suka mendengar pembicaraan malam itu.
Aku jadi tau kan kalau kau sama sekali tidak menaruh perasaan apa-apa padaku. Aku jadi tau kau tidak akan memberikan respon apapun karna memang kamu—tidak.
Kau bilang dirimu punya prinsip? Seberapa besar prinsip itu membatasi perasaanmu??!!
Kau bilang mengejar karir? Kau pikir aku punya waktu untuk memikirkan hal yang aneh ini??!!
Kau bilang tidak pernah menangis karena perasaan? Tapi kenapa kau bertanya hal yang sangat membingungkan tentang perasaan sayang yang menyakitkan??!! Pikirkanlah.
Kau bilang kau cermat mengambil langkah dalam mengejar cintamu? Kau pikir kau sedang berbicara kepada siapa??!!
Kau bisa dengan mudah memandang suatu hal, dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan semacam ini? Apa yang kau INGINKAN!
Kau tau awalnya aku tidak akan menyerah? AWALNYA

Aku tidak bisa menahan senyum terlalu lama. Aku menginginkan mu, pun kehadiranmu, tapi kau yang dinyana-nyana tidak pernah menunjukkan, setidaknya memberikan respon. Sedikitpun tidak. Bahkan menyatakan dengan tidak tersurat bahwa dirimu makhluk sempurna yang tak memiliki perasaan apapun kepadaku, ya kan?

Hari ini lengkap sudah.
Susunan Puzzle itu kini membentuk bentukan yang sempurna.
Aku jadi tau apa yang harus aku lakukan.

Masa menunggu ini akan ku akhiri. Sama seperti waktu kita menunggu keberangkatan menuju suatu tempat. Ketika masa itu datang. Kita sama-sama pergi. Aku juga akan seperti itu. denganmu. Kamu? Bukankah sudah pergi lebih awal? Mendahuluiku?

Malam itu bintang-bintang bak lampu-lampu yang terpasang di langit dan menunjukkan kemegahannya. Itulah kenapa aku sangat suka sekali pantai. Suara ombaknya!!
Setelah perjalanan yang panjang itu, akhirnya terbayar sudah.

Aku mencurahkan isi hatiku pada seorang teman. Sungguh, aku berharap kau mendengarnya. Tapi kau asik dengan mereka, ternyata.
Ada berkali-kali bintang jatuh. Kuyakin kau juga melihatnya kan?
Tapi kau tak melihat perasaanku di balik sana. Di balik formasi Taurus.  Ini Mei kan?
Aku menggantungkannya pada bintang yang paling terang, Aldebaran. Bintang yang terpasang dengan gagahnya, seperti Taurus itu sendiri.

Ketika mentari mengagetkanku dengan cahayanya dari ufuk timur.
Aku mulai berhenti menalar perasaanku.
Dan membiarkan ini apa adanya.

Aku tak mau menceburkan diri ke dalam laut karena itu hanya akan membuatku semakin larut dalam perasaanku sendiri. Aku diam dan mendiamkan.
Silahkan kau dengan gaya sesukamu.. Aku lebih suka menikmati kebahagiaanmu daripada menuntutnya langsung darimu.

Terik. Matahari mulai meninggi.
Dan aku masih melihatmu. Ahaahhhaaah. Tapi kamu tidak. Ya, aku tau!
Aku memegang namamu. Menulis satu kata, yang pasti kamu tau apa itu artinya.
Kau tau apa yang bisa membuatku merasa sangat jatuh hari ini?

Seseorang membiarkanku tau kalau aku ini “gampangan”. Entah apa itu artinya.
Aku harap yang memberitahukan lewat tulisan itu bukan kamu. Ya kan? Eh?

Satu kata itu tercatat dan terekam jelas di otak. Sampai sepanjang perjalanan pulang aku terus-menerus memikirkannya. Introspeksi diri.
Aku tidak tau jelas. Semuanya samar.
Berulang kali aku mencari perilaku mana yang menggambarkan kata dalam tanda petik itu?? aku sama sekali kosong. Aku hanya beribu kali berharap bukan kamu yang menuliskannya.

Aku hanya perlu memperbaiki diri. Berusaha lebih keras lagi.
Aku tak akan menunggumu lagi. Aku biarkan ini begini adanya.
Aku harus fokus mengurusi pekerjaanku.
Mengurusi hobi ku.
Aku harus tak punya waktu lagi untuk menunggumu. Silahkan kau mau bagaimana aku akan ikhlas menerima.
Jangan ragukan perasaanku. Kapanpun kau bilang ingin mendampingiku aku akan bersedia.
Pun ketika kau berada disisi orang lain, aku akan bersedia—melepaskan.
Aku tidak akan menunggumu lagi.
Dan aku tidak akan ragu-ragu dengan perasaan ini.

Yang ku bisa lakukan adalah berproses untuk menjadi manusia. 

0 komentar:

Posting Komentar