Mau tau apa yang kurasa?
Rasanya semuanya lengkap sudah.
Puzzle yang berceceran kini saling menyatu.
Mencipta satu bentukan baru.
Dan kau tau?
Semuanya ternyata tidak sempurna. Meskipun nampak sempurna.
Beberapa hari yang lalu, dalam kotak makan tempat—segala
menuangkan rasa. Aku tidak terlalu suka membicarakan pekerjaan. Aku diam dan
mendiamkan.
Pembicaraan itu muncul ke permukaan. Pembicaraan yang muncul
dari sudut pandang laki-laki dan perempuan. Ternyata laki-laki dan perempuan
itu benar-benar seperti Mars dan Venus. Berbeda. Sayang sekali. Apalagi dalam
memandang perasaan.
Kau lelaki yang sempurna sekali. Ya, aku semakin kagum. Tapi
aku tidak suka. Tidak suka mendengar pembicaraan malam itu.
Aku jadi tau kan kalau kau sama sekali tidak menaruh
perasaan apa-apa padaku. Aku jadi tau kau tidak akan memberikan respon apapun
karna memang kamu—tidak.
Kau bilang dirimu punya prinsip? Seberapa besar prinsip itu
membatasi perasaanmu??!!
Kau bilang mengejar karir? Kau pikir aku punya waktu untuk
memikirkan hal yang aneh ini??!!
Kau bilang tidak pernah menangis karena perasaan? Tapi kenapa
kau bertanya hal yang sangat membingungkan tentang perasaan sayang yang
menyakitkan??!! Pikirkanlah.
Kau bilang kau cermat mengambil langkah dalam mengejar cintamu?
Kau pikir kau sedang berbicara kepada siapa??!!
Kau bisa dengan mudah memandang suatu hal, dan tidak terlalu
terbebani oleh perasaan semacam ini? Apa yang kau INGINKAN!
Kau tau awalnya aku tidak akan menyerah? AWALNYA
Aku tidak bisa menahan senyum terlalu lama. Aku menginginkan
mu, pun kehadiranmu, tapi kau yang dinyana-nyana tidak pernah menunjukkan,
setidaknya memberikan respon. Sedikitpun tidak. Bahkan menyatakan dengan tidak
tersurat bahwa dirimu makhluk sempurna yang tak memiliki perasaan apapun
kepadaku, ya kan?
Hari ini lengkap sudah.
Susunan Puzzle itu kini membentuk bentukan yang sempurna.
Aku jadi tau apa yang harus aku lakukan.
Masa menunggu ini akan ku akhiri. Sama seperti waktu kita
menunggu keberangkatan menuju suatu tempat. Ketika masa itu datang. Kita sama-sama
pergi. Aku juga akan seperti itu. denganmu. Kamu? Bukankah sudah pergi lebih
awal? Mendahuluiku?
Malam itu bintang-bintang bak lampu-lampu yang terpasang di
langit dan menunjukkan kemegahannya. Itulah kenapa aku sangat suka sekali
pantai. Suara ombaknya!!
Setelah perjalanan yang panjang itu, akhirnya terbayar
sudah.
Aku mencurahkan isi hatiku pada seorang teman. Sungguh, aku
berharap kau mendengarnya. Tapi kau asik dengan mereka, ternyata.
Ada berkali-kali bintang jatuh. Kuyakin kau juga melihatnya
kan?
Tapi kau tak melihat perasaanku di balik sana. Di balik formasi
Taurus. Ini Mei kan?
Aku menggantungkannya pada bintang yang paling terang, Aldebaran.
Bintang yang terpasang dengan gagahnya, seperti Taurus itu sendiri.
Ketika mentari mengagetkanku dengan cahayanya dari ufuk
timur.
Aku mulai berhenti menalar perasaanku.
Dan membiarkan ini apa adanya.
Aku tak mau menceburkan diri ke dalam laut karena itu hanya
akan membuatku semakin larut dalam perasaanku sendiri. Aku diam dan mendiamkan.
Silahkan kau dengan gaya sesukamu.. Aku lebih suka menikmati
kebahagiaanmu daripada menuntutnya langsung darimu.
Terik. Matahari mulai meninggi.
Dan aku masih melihatmu. Ahaahhhaaah. Tapi kamu tidak. Ya,
aku tau!
Aku memegang namamu. Menulis satu kata, yang pasti kamu tau
apa itu artinya.
Kau tau apa yang bisa membuatku merasa sangat jatuh hari
ini?
Seseorang membiarkanku tau kalau aku ini “gampangan”. Entah apa
itu artinya.
Aku harap yang memberitahukan lewat tulisan itu bukan kamu. Ya
kan? Eh?
Satu kata itu tercatat dan terekam jelas di otak. Sampai sepanjang
perjalanan pulang aku terus-menerus memikirkannya. Introspeksi diri.
Aku tidak tau jelas. Semuanya samar.
Berulang kali aku mencari perilaku mana yang menggambarkan
kata dalam tanda petik itu?? aku sama sekali kosong. Aku hanya beribu kali
berharap bukan kamu yang menuliskannya.
Aku hanya perlu memperbaiki diri. Berusaha lebih keras lagi.
Aku tak akan menunggumu lagi. Aku biarkan ini begini adanya.
Aku harus fokus mengurusi pekerjaanku.
Mengurusi hobi ku.
Aku harus tak punya waktu lagi untuk menunggumu. Silahkan kau
mau bagaimana aku akan ikhlas menerima.
Jangan ragukan perasaanku. Kapanpun kau bilang ingin
mendampingiku aku akan bersedia.
Pun ketika kau berada disisi orang lain, aku akan bersedia—melepaskan.
Aku tidak akan menunggumu lagi.
Dan aku tidak akan ragu-ragu dengan perasaan ini.
Yang ku bisa lakukan adalah berproses untuk menjadi manusia.
0 komentar:
Posting Komentar