Rabu, 20 Agustus 2014

Jejak-jejak



Beberapa kali menoleh kanan dan kiri
Seharusnya untuk kini dan seterusnya aku tak mengikuti jejak-jejak ini lagi
Nampak dari kejauhan seperti orang kebingungan
Aku yakin tampangku kini tak mudah dideskripsikan

Pasang jauh-jauh mata awas dari sinyal perbedaan kita. Kau nampak seperti kau yang kukenal. Anehnya aku tidak ingin lagi mengulang, memaut, mengatur, mencipta, menelusuri jejak-jejak seperti ini lagi. Kau tau? Jatuh cinta tidak mudah, bagiku, setidaknya mungkin bagimu juga.

Aku tidak mengenal asalmu dari atas kah dari bawah kah. Janjiku adalah janji Tuhan kepada semua-ua umat yang memasang batasan, bahkan batasan pada sebuah perasaan yang aneh nyalanya.
Aku tidak ingin sok religius atau terlihat alim dihadapanmu, tapi mintalah Tuhan mempertemukan kita agar kita jelas. Aku kadang lelah merasa sendirian berdoa, merasa sendirian berjuang. Seharusnya kau juga turut bersama bait-bait kesunyian yang menghambur-hamburkan keluhanku pada-Nya.

Perjalanan ini sungguh kunikmati. Sampai-sampai aku tak tahu lantas aku harus bagaimana menghindari pertanda? Apa aku harus membangun tangga kelangit untuk melihat cahaya? Ataukah aku harus membelakangi Matahari agar aku bisa melihat Pelangi? Bias cahaya yang menentramkan semua-ua manusia. Tapi jika tak siap menerima, pasti akan kesilauan juga.



0 komentar:

Posting Komentar